Tarianadat tradisional daerah Sulawesi Tengah (Sulteng) dan gambar serta keterangan (penjelasannya) adalah informasi seputar budaya yang menjadi bagian dari negara Indonesia. Sama dengan tarian Sulawesi lainnya, tarian dari Sulawesi Tengah juga mempunyai ragam cerita. Dari mulai cerita rakyat, cerita perjodohan sampai cerita penyamnutan tamu dan
Daftar Isi 1. Tari Kipas Pakarena 2. Tari Ma'badong 3. Tari Pattennung 4. Tari Manimbong 5. Tari Ma'randing 6. Tari Pa'gellu 7. Tari Pajoge 8. Tari Pakkuru Sumange 9. Tari Gandrang Bulo 10. Tari Paduppa Bosara 11. Tari Pa'bitte Passapu 12. Tari Sere Bissu Maggiri 13. Tari Salonreng 14. Tari Pa'pangngan Makassar - Ada banyak macam tarian daerah Sulawesi Selatan Sulsel. Tari-tarian tersebut menggambarkan ragam ciri khas baik dari segi sosial masyarakat, suku, budaya, agama, peribadatan, maupun Universitas Hadanuddin Unhas, Dr Firman Saleh mengatakan tarian daerah Sulawesi Selatan merupakan identitas yang sangat penting untuk dijaga. Tari menggambarkan karakter suatu suku atau yang berasal dari Sulawesi Selatan, menurutnya berbeda dari daerah lain. Memiliki gerakan yang lembut, terutama pada suku Bugis-Makassar. "Beda dengan tarian tradisional di daerah lain. Tarian itu mengikuti irama dari musiknya. Kalau kita lihat di Sulawesi Selatan khususnya Bugis-Makassar itu, bagaimanapun kerasnya musiknya gerakan tariannya tetap lembut. Karena begitulah karakter Bugis-Makassar. Bagaimana pun keadaan dia tetap tenang menghadapi situasi yang ada," jelasnya kepada detikSulsel, Selasa 12/4/2022.Berikut 14 tarian daerah Sulawesi Selatan yang dirangkum detikSulsel1. Tari Kipas PakarenaSalah satu tarian daerah Sulawesi Selatan adalah Tari Kipas Pakarena. Tarian ini sering ditampilkan untuk mempromosikan pariwisata daerah Sulawesi Pakarena bahkan menjadi salah satu ikon kebudayaan Sulawesi Selatan. Dilansir dari Peta Budaya Belajar Kemdikbud, pada masyarakat suku Makassar pada masa lampau, tarian Pakarena ini dipertunjukkan sebagai salah satu media pemujaan kepada para dewa. Keindahan serta keunikan gerak tari Pakarena ini kemudian lambat laun menjadi media ini biasanya dipentaskan oleh 4 penari dan diiringi dengan alat musik berupa gandrang dan puik-puik. Dari gerakan dalam tarian yang dipentaskan oleh 4 penari wanita tersebut memiliki beberapa filosofi yang menceritakan mengenai kisah dalam tarian ini merupakan gambaran dari perempuan Gowa yang setia dan patuh pada suami dan laki-laki. Terdapat makna tersendiri pada tiap pola gerakan. Contohnya seperti gerakan penari berputar searah jarum jam. Gerakan ini mencerminkan siklus kehidupan Tari Ma'badongmabadong di rambu solo toraja Foto Muhammad Taufiqqurrahman/detikTravelTarian daerah Sulawesi Selatan lainnya adalah Tari Ma'badong. Tarian ini merupakan tarian kedukaan dari suku ini menjadi bagian dari ritual Badong dalam pesta atau upacara Rambu Ma'badong adalah gerakan tarian yang dilakukan untuk menghibur keluarga jenazah. Tarian ini dapat dilakukan oleh keluarga jenazah, rekan, tetangga ataupun orang Badong atau pa'badong akan menggerakkan semua anggota tubuhnya. Mulai dari bahu maju-mundur hingga kedua lengan diayunkan serentak ke depan dan ke para peserta membawakan tarian ini dalam formasi melingkar. Para penari saling berpegangan dengan mengaitkan jari kelingkingnya. Pada umumnya pa'badong adalah pria dan wanita yang sudah setengah baya itu akan dipimpin oleh Ambe' Badong laki-laki dan Indo' Badong perempuan.Dikutip dari jurnal Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar dengan judul "Ritual Ma'badong Suku Toraja di Desa Bolu Kecamatan Rantepao Kabupaten Toraja Utara" mengaitkan jari kelingking antara penari lainnya memiliki makna tersendiri. Yakni saling berpegangan pundak untuk menunjukkan rasa persatuan dalam merasakan duka terhadap keluarga jenazah yang Tari PattennungTari Pattennung merupakan tarian daerah Sulawesi Selatan yang berasal dari suku Bugis. Tarian ini menggambarkan kesabaran dan ketekunan wanita Bugis dalam penari Pattennung memakai baju bodo panjang, curak lakba, lipaq sabbe sarung, dan hiasan bangkara, ponto, danrante ma'bule, yang merupakan pakaian tradisional Sulawesi Selatan. Sementara properti yang digunakan yakni berupa sarung dalam bahasa Bugis diartikan sebagai orang yang menenun. Karena itu, Tari Pattennung ini mengisyaratkan kesabaran, ketekunan, dan ketelitian dalam proses dari Jurnal Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi Selatan yang berjudul "Tari Pattennung di Sulawesi Selatan", disebutkan bahwa Tari Pattennung ini merupakan tari kreasi yang umumnya ditampilkan pada momen suka cita seperti penjemputan tamu, acara pesta adat, ataupun dalam kegiatan perlombaan dan pementasannya, Tari Pattennung biasanya dilakukan oleh 6 orang penari atau dalam jumlah genap. Gerakan tari yang dilakukan secara berkelompok ini akan menyuguhkan seni yang indah dan selaras dengan Tari Pattennung, gerak gemulai bukan hanya berupa tarian semata melainkan di dalamnya mengandung nilai-nilai luhur. Mulai nilai ketekunan, kesabaran, nilai keindahan, kerja keras, dan Tari ManimbongTari Manimbong Foto Direktorat PariwisataTari Manimbong merupakan tarian yang berasal dari suku Toraja, Sulawesi Selatan. Masyarakat suku Toraja melakukan Tari Manimbong untuk merayakan suka cita atau sebagai ungkapan Tari Manimbong hanya ditampilkan pada upacara adat Rambu Tuka'. Biasanya tarian ini dipertunjukkan di acara adat seperti pernikahan atau peresmian rumah adat Tongkonan yang baru atau yang selesai ini juga dianggap sebagai suatu ibadah oleh masyarakat suku Toraja. Hal tersebut karena menurut kepercayaan suku Toraja, tarian ini merupakan doa-doa pengucap pementasannya, Tari Manimbong dilakukan oleh 20 hingga 30 orang yang semuanya merupakan penari pria. Tarian dilakukan saling beriringan dengan Tari Ma'dandan yang merupakan bentuk tarian pemuja dan ungkapan rasa syukur yang dilakukan oleh kaum wanita suku Tari Ma'randingTari Ma'randing adalah sebuah tarian yang dipersembahkan pada upacara kematian laki-laki bangsawan di Toraja. Tarian daerah Sulawesi Selatan ini juga masih berkaitan dengan upacara Rambu Solo. Namun, tarian ini biasanya dibawakan saat pemakaman besar untuk mereka yang berkasta lebih tinggi bangsawan.Dalam tarian ini para penari menggunakan pakaian perang dan senjata tradisional. Tari ini secara mendasar adalah sebuah tari partriotik atau tari dari Kikomunal Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual RI, dijelaskan kata ma'randing berasal dari kata randing yang berarti "mulia ketika melewatkan". Tari ini menunjukkan kemampuan dalam memakai senjata tradisional Sulawesi Selatan dan menunjukkan keteguhan hati serta kekuatan seseorang yang meninggal selama Ma'randing dibawakan oleh beberapa orang yang setiap orangnya membawa perisai besar, pedang dan sejumlah objek menyimbolkan beberapa makna. Perisai yang dibuat dari kulit kerbau bulalang yang menyimbolkan kekayaan, karena hanya orang kaya yang memiliki kerbau sendiri. Pedang doke, la'bo' bulange, la'bo' pinai, la'bo' todolo menunjukkan kesiapa untuk perang, yang menyimbolkan Tari Pa'gelluTari Pa'gellu. Foto Dispar Toraja UtaraTari Pa'gellu merupakan salah satu tarian daerah Sulawesi Selatan. Tarian ini berasal dari suku Toraja yang berorientasi pada hiburan. Biasanya dibawakan untuk menyambut tamu, perkawinan, pesta rakyat, dan dari laman Dispar Toraja Utara, Pa'gellu atau Ma'gellu dalam bahasa setempat berarti menari-nari dengan riang gembira sambil tangan dan badan bergoyang dengan gemulai, meliuk-liuk Pa'gellu atau terkenal dengan sebutan Pa'gellu Pangala ini pertama kali diciptakan oleh Nek Datu Bua', yakni pada saat kembali dari medan peperangan yang kemudian dirayakan dengan menari penuh sukacita. Pada waktu itu belum ada alat musik gendang sehingga mereka menggunakan lesung sebagai pengiring tarian Pa'gellu tidak ada batasan jumlah penari dan baik perempuan maupun laki-laki dapat mengikuti tarian ini. Hingga kini tidak ada yang tahu pasti tahun diciptakannya tarian ini. 7. Tari PajogeTari Pajoge adalah tari tradisional yang berasal dari Bone, Sulawesi Selatan. Tarian ini konon awalnya merupakan hiburan bagi kalangan istana atau juga kediaman para penarinya adalah gadis yang berlatar belakang kalangan rakyat biasa. Tiap penari membawakan tarian seorang diri sambil menyanyi kemudian mencari pasangannya dari kalangan penonton. Nantinya sang gadis akan memberi daun sirih pada lelaki yang telah dipilihnya. Lelaki itu akan menari bersama sang dari Kikomunal Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual RI, istilah Pajoge memiliki tiga makna sekaligus. Dari kata joge yang artinya sebuah tarian, kata pa' joge untuk menyebut penari, sekaligus sebagai sebuah penarinya, awalnya Tari Pajoge dibedakan menjadi dua yaitu Pajoge Makkunrai dan Pajoge Angkong. Pajoge Makkunrai dipentaskan oleh para gadis, sedangkan Pajoge Angkong dipentasan oleh penari waria. Dari keduanya, Pajoge Makkunrai lebih berkembang dan lebih banyak dipentaskan sampai saat pada Tari Pajoge Makkunrai diantaranya adalah gerakan tettong mabborong berkumpul, mappakaraja penghormatan, mappasompe pemberian hadiah, ballung, mappacanda bergembira, matteka menyeberang, massessere mengelilingi, majjulekkalebba melangkah lebar, mattappo menebar, maggaliomeliukkan badan, mappaleppa bertepuk tangan, dan massimang pamit.Gerakan utama yang menjadi perhatian penonton adalah gerakan ballung, di mana penari akan merebahkan badan mendekati penonton yang akan melakukan mappasompe. Gerakan ini akan dikawal oleh pangibing. Sebelumnya, pangibing membawa sekapur sirih dan menyodorkannya kepada penonton yang telah mengutarakan ketertarikannya pada penari Pajoge. 8. Tari Pakkuru SumangeTarian Pakkuru Sumange merupakan tari yang berasal dari Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan. Tari Pakkuru Sumange ini memiliki arti memanggil sukma untuk hidup damai, diberkahi, tenang, dan mendapatkan rezeki dari Kikomunal Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual RI, nama Pakkuru Sumange berasal Bahasa Bugis yaitu Mappakkuru Sumange yang artinya sukma. Sehingga Pakkuru Sumange dapat diartikan sebagai tarian yang memanggil ini merupakan tari tradisional yang bersimbol tentang kehidupan, kedamaian, serta rezeki yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Pakkuru Sumange biasanya dipertunjukkan untuk menyambut tamu dan meminta doa restu saat untuk menyelenggarakan suatu acara. Selain itu juga, tarian ini menyimbolkan lambang persahabatan dan Pakkuru Sumange ini memiliki ragam gerak yang sederhana. Secara keseluruhan, Tari Pakkuru Sumange ini memiliki gerakan lemah lembut dan gemulai dan memiliki makna setiap gerak, yang diiringi oleh musikserta lagu Ati Raja. Tarian ini bisa dikategorikan ke dalam jenis tarian wanita dan terdiri dari enam anggota Tari Gandrang BuloTari gandrang bulo ini adalah salah satu tarian yang berasal dari Sulawesi Selatan yang masih dilestarikan. Biasanya tarian dibawakan saat pesta dari Kikomunal Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual RI, kata Gandrang bulo berasal dari dua kata, yaitu "gandrang" yang berarti tabuhan atau pukulan dan "bulo" yang berarti ini merupakan simbol keceriaan lantaran didalamnya diselipkan berbagai humor yang membuat para penontonnya tertawa, oleh karena itulah maka para penari yang membawakan tarian ini harus terlihat awalnya Ganrang Bulo sebenarnya sekadar tarian yang diiringi oleh gendang. Seiring waktu, tarian ini diiringi pula lagu-lagu jenaka, dialog-dialog humor namun sarat kritik dan ditambah gerak tubuh yang mengundang Tari Paduppa BosaraPaddupa Bosara merupakan tarian daerah Sulawesi Selatan, yang dibawakan untuk menyambut tamu kehormatan. Tarian ini menggambarkan bahwa orang Bugis senantiasa menghidangkan Bosara sebagai tanda kesyukuran dan kehormatan saat kedatangan bosara sendiri merujuk kepada satu kesatuan utuh yang terbagi di dalam piring. Yang mana Piring tersebut di atasnya di beri alas berupa kain rajutan dari wol, kemudian di atasnya juga ditempatkan piring untuk tempat menyimpan kue dan tutup Tari Paddupa Bosara berasal dari bahasa bugis duppa yang artinya bertemu, menjemput atau berjumpa. Bosara sendiri merupakan piring dan tudung saji khas suku bugis-Makassar di Sulawesi Selatan, sebagaimana dikutip dari Kikomunal Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Paddupa Bosara ini adalah tari kebesaran Suku Bugis-Makassar. Pada masa lampau perempuan dianggap bahwa letak malunya atau siri' ada di bagian wajahnya. Tari Paddupa kemudian hadir untuk memberi makna bahwa kecantikan bukanlah hal utama dan yang terpenting, melainkan dari hati atau wirasa yang dipancarkan oleh si Tari Pa'bitte PassapuPa'bitte Passapu. Foto ANTARA FOTO/Abriawan Abhe/pras/17Tarian daerah Sulawesi selanjutnya adalah Pa'bitte Passapu. Tarian ini berasal dari masyarakat adat Ammatoa Kajang, Kabupaten adat ini tercatat sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia. Disebutkan dari laman Warisan Budaya Tak Benda Indonesia Kemdikbud RI, tarian ini berawal dari masyarakat etnis Makassar terdahulu, termasuk kaum bangsawan yang menggemari permainan sabung ekspresi keberanian seseorang bisa tampak dari sabung ayam. Maka dari itulah banyak anak raja dan pengawal istana terjun ke arena sabung ayam hanya untuk menunjukkan keberanian mereka, yang dibarengi dengan setelah Islam masuk di Kerajaan Gowa yang menjadi induk kerajaan Makassar secara perlahan menghilangkan budaya sabung ayam. Sabung ayam dianggap sebagai judi, juga penyiksaan terhadap pun mencari hal lain yang bisa diadu untuk menghibur diri sekaligus menyalurkan minat mereka. Sehingga terciptalah tarian Pa'bitte Passapu yang menyabung sapu tangan passapu.Pada tarian ini, sapu tangan dianggap sebagai ayam yang disabungkan. Trian Pa'bitte Passapu kini menjadi tarian untuk menjemput tamu adat atau acara pernikahan. Tarian ini diiringi nyanyian dan alat musik sembari menyabung sapu tangan atau pun ikat Tari Sere Bissu MaggiriTari Sere Bissu Maggiri merupakan tarian daerah sulawesi Selatan lainnya yang menjadi salah satu warisan budaya. Tarian ini berasal dari Kabupaten dari Warisan Budaya Tak Benda Kemdikbud RI, tarian ini diperkirakan sudah ada sejak zaman pemerintahan raja Bone Ke 1, yang bergelar To Manurungeng Ri ini beranggotakan 12 orang bissu dan memiliki tujuh ragam gerak. Setiap ragam geraknya mempunyai makna tertentu sesuai dengan pola dan ini juga biasa disebut sebagai tari memangil roh. Selain itu juga berfungsi sebagai sarana dalam pelaksanaan upacara adat yang bersifat magis dan religius, seperti pada upacara adat Mattompang Arajang, upacara pencucian benda-benda kerajaan, upacara adat perkawinan dan upacara kelahiran keluarga Sere Bissu Maggiri adalah sebuah tarian yang dipertunjukkan oleh seorang bissu, oleh karenanya tarian ini dikenal pula dengan nama tari mabbissu. Maggiri sendiri berarti menusuk-nusukkan keris ke tubuh bissu, terutama ke daerah-daerah yang vital seperti leher, perut, dan pergelangan bissu yang melakukan pertunjukan tarian ini dianggap kemasukan roh dan mendapat kemampuan kebal pada senjata Tari SalonrengTarian daerah Sulawesi Selatan selanjutnya adalah Tari Salonreng. Tarian ini berasal dari suku Makassar. Tari Salonreng dapat dijumpai di berbagai daerah yang didiami oleh etnik atau suku Makassar, salah satunya Kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto, dan atau riwayat Tari Salonreng hanya diketahui lewat cerita leluhur yang bersifat mitos. Dilansir dari Kimomunal Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual RI, berdasarkan mitos yang diyakini masyarakat suku Makassar, kata Salonreng berasal dari kata "sa" berarti pelaku gerak orang yang bergerak dan lonre ma'lonre-lonre yang artinya Salonreng dapat berarti tari yang dilakukan secara berkelompok. Sementara itu, pengertian Salonreng yang lain berasal dari kata Salonreng berarti selendang. Hal ini diperkuat dengan pemakaian selendang sebagai properti atau perlengkapan khas yang dipakai oleh para penari Salonreng dipercaya berasal dari sebuah mitos dari zaman kerajaan Gowa abad XVII. Pada masa itu, masyarakatnya masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Tari ini merupakan tari pemujaan kepada Batara dewa penguasa bumi dan langit, serta pemujaan pada arwah Tari Salonreng biasanya adalah wanita dewasa. Namun, ada pula yang dipentaskan oleh gadis remaja. Gerakan Tari Salonreng sederhana dengan menggunakan properti selendang, dan mengenakan baju bodo dan sarung sutera. Iringan Tari Salonreng adalah gendang, serunai dan Tari Pa'pangnganTari Pa'pangngan adalah tarian yang berasal dari Toraja, Sulawesi Selatan. Tarian ini dilakukan oleh gadis-gadis cantik memakai baju hitam atau gelap dan menggunakan ornamen khas Toraja seperti laman Kimomunal Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual RI, kata panggan berarti sirih. Penawaran sirih ini menunjukkan nilai menegaskan bahwa para tamu telah diterima dan dianggap sebagai bagian dari masyarakat ini secara simbolis diungkapkan oleh masing-masing penari memegang sirih pangngan yang ditempatkan dalam kantong di depan mereka. Kantong tersebut dikenakan oleh wanita lansia kebanyakan di desa-desa dan mengandung bahan untuk sirih mengunyah sirih pinang campuran. Simak Video "Adu Luwes Menari Tradisional, Jakarta" [GambasVideo 20detik] asm/hmw
9 Tari Katrili. Sebagian dari kamu mungkin tahu bahwa tanah Sulawesi juga pernah disinggahi oleh bangsa Spanyol yang berniat membeli rempah-rempah. Tari Katrili inilah salah satu peninggalan bangsa Spanyol tersebut. Penari menari berpasang-pasangan dengan setelan jas dan gaun cantik berwarna-warni.
Tarian Sulawesi Utara – Sulawesi Utara merupakan provinsi yang memiliki suku dan etnis beragam seperti 4 suku mayoritas Suku Gorontalo, Suku Minahasa, Suku Sangihe Talaud dan juga Suku Bolaang Mangondow. Ada begitu banyak warisan budaya yang bisa diangkat dari daerah ini, namun dalam kesempatan ini akan kami jelaskan tentang beberapa tarian khas serta gambar tarian Sulawesi Utara untuk menambah wawasan anda seputar wawasan nusantara. Daftar Nama Tarian Sulawesi UtaraTari KabasaranTari KatriliTari MahambakTari TumatendenTari TatangesanTari PasasanggaramaTari MokosambeTari MaengketTari Gunde Tari Kabasaran Tari kabasaran merupakan tarian Sulawesi utara jenis tarian perang masyarakat Minahasa. Tari ini umumnya dilakukan para penari pria memakai baju perang lengkap dengan senjata seperti tombak, perisai dan juga pedang. Dari catatan sejarah, tarian daerah Sulawesi utara ini sering dilakukan prajurit Minahasa sebelum atau sepulang dari berperang. Para penarinya sendiri harus keturunan penari kabasaran sebelumnya sebab keluarga penari umumnya mempunyai senjata khusus yang akan diwariskan turun menurun. Karena sifat tari yang sakral, maka tari kabasaran tidak bisa dilakukan oleh orang sembarangan. Untuk sekarang, tari ini dikembangkan menjadi tari pada upacara adat, penyambutan dan juga acara budaya lain seperti penghormatan pada leluhur yang sudah gugur di medan perang. Nama tarian ini memiliki arti ayam jantan dimana bagi masyarakat Minahasa, ayam jantan adalah simbol keberanian atau kejantanan. Ini bisa dilihat dari wajah para penari yang menampilkan ekspresi garang dan gagah berani. Kata wasal yang disebut dengan kawasalan berarti menari seperti ayam jantan ketika sedang bertarung. Dengan berkembangnya bahasa Melayu Manado, maka kawasalan berubah menjadi kata kabasaran yang juga memiliki arti sama. Tari Katrili Tari katrili yang merupakan tarian dari Sulawesi Utara ini masuk dalam jenis tari pergaulan atau tari hiburan. Tarian akan dilakukan pria dan wanita yang menjadi perpaduan dari budaya Eropa dengan budaya Minahasa sehingga jika dilihat tampak seperti tarian modern namun sudah ada sejak dulu. Tari katrili menurut sejarah sudah ada sejak bangsa Spanyol dan Portugis datang ke Sulawesi Utara untuk membeli hasil bumi. Karena hasil yang didapat sangat banyak, maka mereka merayakannya dengan menggelar pesta meriah serta tarian berpasangan antara pria dan wanita. Mereka juga mengajak pribumi khususnya Suku Minahasa untuk ikut dalam perayaan dan semakin lama menjadi kebiasaan para masyarakat meski bangsa Spanyol dan Portugis sudah pergi sehingga tercipta tari katrili yang diambil dari bahasa Eropa Quadrille. Tari Mahambak Tari mahambak merupakan tari tradisional anak Suku Bantik yang bersifat massal dan dilakukan penari pria dan wanita. Dalam tarian tradisional Sulawesi utara ini, para penari akan melakukan gerakan yang khas diiringi dengan nyanyian adat bertema persatuan dan kerukunan masyarakat Suku Bantik. Suku Bantik menurut sejarah terpencar di beberapa daerah Sulawesi Utara seperti Molas, Malalayang, Boyong serta daerah lain. Media komunikasi yang sulit saat itu membuat pertemuan menjadi hal yang berharga dan dirayakan dengan menari tarian mahambak. Tarian mahambak memiliki arti bergembira dan bersukacita yang juga mengandung nilai persatuan dan kebersamaan. Tari Tumatenden Nama tarian Sulawesi Utara selanjutnya adalah tari tumatenden yang diangkat dari cerita rakyat Minahasa. Tarian ini bercerita tentang kisah cinta seorang petani dengan bidadari yang kemudian dikemas dalam bentuk tarian diiringi dengan musik tradisional tanpa dialog. Jika dilihat dari fungsi, tarian ini berguna sebagai hiburan atau pertunjukkan masyarakat, Gerakan dalam tarian memberi gambaran tentang kehidupan dalam cerita sehingga bisa lebih mudah dimengerti sekaligus dinikmati. Tari Tatangesan Tari tatangesan adalah tarian di Sulawesi Utara yang bercerita tentang perjuangan masyarakat desa ketika melawan bajak laut Mindanou yang datang dari perairan Filipina. Bajak laut tersebut sering mengganggu aktivitas masyarakat sehingga semangat untuk melawan para bajak laut dikobarkan dengan syair dan lagu berjudul kiting kiting. Gerakan dalam tarian ini merupakan perpaduan unsur nilai sejarah dengan tradisi kebudayaan masyarakat Minahasa yang dituang dalam 9 karakteristik gerakan berpadu dengan musik etnis khas Minahasa dengan pola komposisi dasar 3 nada. Tarian biasanya dilakukan 9 orang atau lebih oleh wanita dan pria dengan iringan alat musik seperti suling bambu, kolintang, tambur, momongan dan juga tetengkoren. Tari Pasasanggarama Ini merupakan tarian di Sulawesi utara yang lebih tepatnya berasal dari Kabupaten Talaud. Tarian tradisional ini diangkat dari cerita masyarakat Talaud untuk menggambarkan tatanan hidup sosial dulu kala sehingga terkenal dengan semboyan kebersamaan, sansiote sampate pate”. Unsur kebersamaan kemudian diekspresikan dalam gerakan dari para penari beserta musiknya. Kata pasasanggarama sendiri berarti saling memberikan tumpangan antara yang satu dengan yang lain. Ketika ditampilkan, tarian Sulawesi utara ini dilakukan 24 pasang pria dan wanita yang diiringi alat musik tradisional seperti tambur, gitar dan keroncong. Tari Mokosambe Tarian asal Sulawesi Utara ini berasal dari Bolaang Mengondow yang diciptakan Hazard Simanon dan sumbe cerita rakyat Bapak Bernard Ginupit. Tarian ini diangkat dari kisah 7 putri atau bidadari yang turun dari khayangan untuk mandi di lereng Gunung Kamasaan di Kec. Sang Tombolang Bolaang Mongondow. Salah satu sayap dari putri tersebut direbut putra Raja bernama Mokosambe sehingga putri bernama Bua Poyandi tidak bisa kembali ke khayangan. Putri kemudian dipersunting Mokosambe dan ada juga penghuni goa yang ternyata memiliki niat sama untuk mempersunting putri bungsu dan akhirnya kisah tersebut dijadikan sebuah tari bernama tari mokosambe. Tari Maengket Tarian maengket Sulawesi Utara lebih tepatnya berasal dari Manado dimana maengket berarti engket yakni mengangkat tumit kaki naik turun. Dengan tambahan ma di depan kata engket, maka bisa diartikan sebagai menari dengan naik dan turun. Ini menjadi tarian tradisi masyarakat Minahasa yang masih ada hingga sekarang dan sudah dikenal sejak masyarakat Minahasa mengenal pertanian. Dulu tari ini dilakukan ketika panen sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan. Tari maengket terdiri dari 3 babak yakni Maowey Kamberu, Marambak dan juga Lalayaan. Maowey kamberu merupakan tarian yang dilakukan untuk ucapan syukur atas panen berlimpah. Sedangkan marambak merupakan tarian yang memperlihatkan semangat bergotong royong sekaligus menjadi lambang muda mudi Minahasa yang sedang mencari pasangan. Tari Gunde Tari gunde merupakan tarian Sulawesi utara lebih tepatnya dari daerah Sangihe yang biasa ditarikan oleh para wanita dengan gerakan khas serta musik tradisional. Dalam bahasa setempat, gunde memiliki arti pelan atau lambat yang terlihat dari gerakan lemah gemulai dalam tarian ini sebagai lambang kesucian dan kelembutan seorang wanita. Untuk masyarakat Sangihe, tarian ini menjadi tarian yang sakral dan memiliki filosofi tersendiri untuk mereka. Dulu tarian ini digunakan untuk penyembahan pada Genggona Langi yakni sang pencipta alam yang juga menjadi tarian istana karena sering dipertunjukkan di lingkungan istana. Para penari akan melewati proses seleksi sehingga hanya penari terbaik yang bis menarikan tarian daerah Sulawesi Utara ini dan harus masih gadis. Para penari nantinya akan memakai busana adat yang disebut dengan Laku Tepu terdiri dari baju panjang dan kain sarung khas Sangihe. Untuk rambut akan digelung dan dihiasi dengan mahkota kecil. Sementara untuk aksesoris menggunakan anting, gelang, kalung dan kain selempang serta membawa sapu tangan selama melakukan gerakan tarian.
1 Dengan mengamati gambar peserta didik mampu menyebutkan tarian di daerah Sulawesi 2. Melalui kegiatan diskusi peserta didik mampu membedakan setiap tarian daerah Sulawesi A. PENDAHULUAN ( alokasi waktu : 2 menit) 1. Memulai pembelajaran dengan memberikan salam dan menanyakan kabar dan mengecek kehadiran siswa ( Orientasi ) 2.
Tarian Sulawesi Selatan – Sulawesi Selatan memiliki penduduk serta latar belakang heterogen seperti Suku Bugis, Suku Mandar dan Suku Makassar yang sangat dominan. Setiap suku tersebut juga punya ciri khas adat istiadat serta kebudayaan yang berbeda beda. Dikatakan jika ada 316 jenis tarian adat Sulawesi Selatan. 98 tarian merupakan tarian Bugis, 66 tarian Makasar, 116 tarian Mandar dan 36 tarian Toraja. Agar lebih jelas, berikut kami berikan beberapa tari Sulawesi Selatan yang paling terkenal. Daftar Nama Tarian Sulawesi SelatanTari ManimbongTari Pa’gelluTari PakarenaTari PattennungTari Ma’randingTari Ma’badongTari Pa’pangnganTari Gandrang BuloTari BosaraTari Pajoge Tari Manimbong Tarian adat Sulawesi Selatan adalah tari manimbong yang hanya dipertunjukkan ketika upacara adat Rambu Tuka. Para penari adalah pria yang merupakan bentuk ungkapan rasa syukur pada Tuhan. Dalam pertunjukannya, tarian Sulawesi Selatan ini menggunakan kostum pakaian adat khusus bernama Baju Pokko serta Seppa Tallu Buku serta selempang kain antik. Para penari nantinya juga akan membawa parang kuno atau la’bo penai serta tameng bundar kecil bermotif ukiran khas Toraja. Tari Pa’gellu Tari Pa’gellu adalah tarian dari Sulawesi Selatan khususnya Tana Toraja yang biasanya tampil sebagai rangkaian upacara adat Pa’gellu atau ma’gellu yang berarti menari dengan gembira, sambil menggoyangkan tangan dan badan dengan gemulai, meliuk liuk lenggak lenggok. Tarian ini bertujuan untuk menghibur penonton sekaligus menjadi ungkapan rasa gembira dan sukacita. Gerakan dari tarian Sulawesi Selatan ini menceritakan semangat, keseimbangan sopan santun dan kebersamaan. Untuk upacara rambu tuka atau syukuran akan ditampilkan tari pa’gellu dengan meriah. Sedangkan untuk upacara kematian rambu solo maka menjadi tabu untuk ditampilkan. Tari Pakarena Tari pakarena merupakan tarian daerah Sulawesi Selatan yang diiringi dengan dua kepala gandrang atau drum serta sepasang instrumen alat musik seperti puik puik atau suling. Tari ini pertama kali ada di abad ke-17 tahun 1903 pada saat Panali Patta Raja dilantik menjadi Raja Gantarang Lalang Bata. Meski memang tidak ada data pasti kemunculan tarian ini, namun masyarakat setempat beranggapan jika tari ini memiliki hubungan dengan Tumanurung. Dalam kepercayaan masyarakat, Tumanurung merupakan bidadari yang turun dari langit. Tumanurung ini memiliki tugas untuk memberikan petunjuk bagi manusia di bumi. Tari Pattennung Ini merupakan tarian yang berasal dari Sulawesi Selatan yang berkisah tentang wanita Sulawesi Selatan ketika sedang menenun. Tari pattennung juga menggambarkan kesabaran serta ketekunan para wanita Toraja dalam menenun benang hingga akhirnya membentuk kain. Tarian Sulawesi Selatan ini memakai pakaian khas yakni baju bodo panjang, lipaq sabbe atau sarung, curak lakba, rante ma’bule, pontoyang dan juga hiasan bangkara serta properti berupa sarung lempar. Ketika tarian ini dilakukan, maka akan diiringi juga dengan alat musik tradisional seperti gendang dan juga suling. Tari Ma’randing Tarian khas Sulawesi Selatan bernama ma’randing biasanya akan dipentaskan ketika pemakaman besar seperti orang dengan kasta yang tinggi. Penari akan mengenakan pakaian perang tradisional sambil membawa senjata sehingga tari ini merupakan tari perang atau tari patriotik. Kata ma’randing sendiri diambil dari kara randing yang berarti mulia ketika melewatkan. Dalam tarian ini akan diperlihatkan kemampuan menggunakan senjata militer sekaligus memperlihatkan keteguhan hati serta kekuatan seseorang yang sudah meninggal tersebut. Tarian Sulawesi Selatan ini dilakukan beberapa orang yang membawa perisai besar, pedang dan beberapa ornamen lain. Setiap benda tersebut merupakan simbol dengan makna tertentu seperti perisai dari kulit kerbau atau bulalang sebagai simbol kekayaan karena hanya orang kaya yang memiliki kerbau sendiri. Sementara pedang atau la’bo bulange, la’bo pinai, dokter atau la’bo todolo menjadi simbol kesiapan dalam berperang serta keberanian. Tari Ma’badong Tari ma’badong adalah nama tarian Sulawesi Selatan yang biasanya dilakukan pada Rambu Solo atau upacara kematian. Tarian ini dilakukan berkelompok dimana pa’bodong atau peserta akan membentuk lingkaran lalu saling berpegangan dengan mengaitkan jari kelingking mereka. Para pa’badong dalam tarian Sulawesi Selatan ini umumnya merupakan pria dan wanita setengah baya atau orang tua dengan pemimpin badong yakni Indo Badong untuk wanita atau Ambe Badong untuk pria. Pemimpin badong kemudian akan melantunkan Kadong Badong atau syair seperti riwayat hidup dari orang yang baru saja meninggal dari mulai dilahirkan hingga meninggal. Sementara untuk nyanyian akan dilakukan saling berbalas dan gerakan memiliki ritme sesuai dengan syair badong yang sedang dilantunkan. Tari Pa’pangngan Tarian Sulawesi Selatan beserta gambarnya yang akan kami ulas adalah tari pa’pangngan yang umumnya dilakukan para gadis cantik memakai pakaian gelap atau hitam serta ornamen khas Toraja seperti kandaure. Pangngan Ma adalah menari ketika menerima tamu kehormatan sekaligus menyambut kata kata Tana Mo Pangngan Mali’ki, yaitu Kisorong sorong mati Solonna pengkaboro’ki Rande pela’i toda Mala’bi tanda kiala Ki po tannu matoto. Kata pangngan memiliki arti sirih yakni penawaran sirih memperlihatkan jika tamu yang sedang datang tersebut sudah diterima dan dianggap bagian dari mereka. Penawaran ini akan diungkapkan setiap penari secara simbolis dengan memegang pangngan atau sirih. Sepanjang tarian dilakukan, maka pangngan atau sirih itu akan ditempatkan dalam kantong di depan mereka. Tari Gandrang Bulo Nama tarian dari Sulawesi Selatan ini adalah tari gandrang bulo yang berasal dari dua kata yakni gandrang dan bulo. Gandrang memiliki arti pukulan atau tabuhan dan bulo memiliki arti bambu. Tarian ini biasa ditampilkan beberapa orang dengan suasana ramai dan ceria diiringi tabuan gendang dan tabuan bambu. Ketika ditampilkan, biasanya akan diberikan dialog kritis namun sangat menghibur seperti masalah sosial, politik dan juga budaya. Tarian Sulawesi Selatan ini biasanya digunakan seniman untuk mengeluarkan keluh kesah mengenai sesuatu yang juga sering digunakan masyarakat untuk merespon kondisi sosial di sekitar. Tari Bosara Tari bosara merupakan tarian asal Sulawesi Selatan yang diperuntukkan menyambut tamu kehormatan. Dari sejarah, tari ini biasa dilakukan pada acara penting menjamu raja dengan suguhan kue sebanyak 2 kasera. Tari ini juga sering ditampilkan ketika menyambut tamu aging, pesta kebiasaan serta pesta kawin sehingga seringkali dipertunjukkan untuk ucapan rasa syukur, hormat dan menyambut kehadiran tamu. Tari Pajoge Tarian Sulawesi Selatan ini biasanya diperlihatkan di istana atau kediaman kalangan ningrat. Para penari sendiri adalah gadis dari kalangan rakyat biasa yang berguna sebagai tari hiburan para pria. Penonton dari kalangan ningrat akan duduk membentuk lingkaran dan penari kemudian menari secara melingkar sambil menyanyi dan mencari pasangan di tengah penonton. Ketika sudah menemukan pasangan, penari tersebut akan memberikan daun sirih pada pria yang sudah dipilih dan pria tersebut akan ikut menari bersama gadis tersebut. Untuk itulah, tari pajoge ini dijadikan sebagai tarian hiburan sekaligus media penghubung antara raja dan rakyat agar hubungan bisa semakin dekat dan raja semakin dicintai rakyatnya. Dari catatan sejarah, tarian ini sudah ada sejak Kerajaan Bone dan ada juga yang mengatakan sudah ada sejak abad ke-VII. Umumnya penari yang dipilih memiliki paras cantik dan mempunyai kelebihan yang bisa menarik perhatian baik raja atau rakyat. Para penonton nantinya diberikan kesempatan untuk Mappasompe pada salah satu Pajoge yang ia inginkan. Selain itu, ketentuan dalam tarian ini adalah setiap pria yang ingin Mappasompe maka harus memberikan uang atau benda lain.
Tarikabasaran merupakan tarian Sulawesi utara jenis tarian perang masyarakat Minahasa. Tari ini umumnya dilakukan para penari pria memakai baju perang lengkap dengan senjata seperti tombak, perisai dan juga pedang. Dari catatan sejarah, tarian daerah Sulawesi utara ini sering dilakukan prajurit Minahasa sebelum atau sepulang dari berperang. - Setiap daerah memiliki tari tradisional yang berbeda-beda termasuk juga Provinsi Sulawesi Selatan. Menyumbang kekayaan budaya bangsa Indonesia, Provinsi Sulawesi Selatan memiliki ragam tari yang masih lestari hingga juga Didik Nini Thowok Memadukan Tarian China dan Musik Hindu Beberapa tarian masih dipertunjukkan pada acara-acara khusus, maupun dipelajari di sekolah-sekolah. Baca juga Contoh Tarian beserta Pola Lantainya Berikut adalah ragam tari tradisional yang berasal dari Provinsi Sulawesi Selatan yang masuk dalam daftar Warisan Budaya Tak juga Tari Hudoq Asal Dayak, Tarian Pengusir Hama Bernuansa Mistis 1. Tari Pa’bitte Passapu Tangkapan Layar YouTube/ Indonesia Tari Tari Pa?bitte Passapu yang ditarikan Sanggar Seni Budaya Turiolo Kajang. Melansir laman resmi Kemendikbud, Tari "Pa’bitte Passapu" adalah tarian adat Ammatoa Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Tari ini biasa dipertunjukkan untuk menjemput tamu adat atau pada suatu acara pernikahan. Sejarah tari ini berasal dari kebiasaan kaum bangsawan Makassar di masa lalu yang gemar menyabung ayam. Pada masa lalu, sabung ayam juga digunakan sebagai ekspresi keberanian sekaligus arena untuk bertaruh. Namun sejak masuknya Islam, budaya sabung ayam dihilangkan dan digantikan dengan tarian ini. ZyiQKO.
  • itcr7opshn.pages.dev/171
  • itcr7opshn.pages.dev/242
  • itcr7opshn.pages.dev/100
  • itcr7opshn.pages.dev/323
  • itcr7opshn.pages.dev/151
  • itcr7opshn.pages.dev/77
  • itcr7opshn.pages.dev/260
  • itcr7opshn.pages.dev/386
  • itcr7opshn.pages.dev/360
  • gambar tari dari sulawesi